Aguan, Pagar Laut, dan 9 Naga

Januari 2025 banyak dihebohkan oleh berita “pagar laut” yang misterius di lepas pantai utara kabupaten Tangerang. Dikatakan misterius karena tidak diketahui siapa pemiliknya dan kapan dipasangnya. Usut punya usut akhirnya mencuatlah nama Aguan dan proyek PIK 2 (Pantai Indah Kapuk 2) miliknya.

Heboh nama Aguan membawa-bawa nama oligarki dan 9 naga. Siapakah Aguan dan apakah dia termasuk salah seorang dari 9 naga yang tersohor di negeri ini?

Sebelumnya saya tidak tahu nama Aguan, dan tidak tahu dengan jelas juga dengan istilah 9 naga, maka saya mencoba diskusi dengan Copilot. Berikut ini beberapa kesimpulannya.

Siapa Aguan?

Aguan ternyata bernama asli Sugianto Kusuma, lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 10 Januari 1951, keturunan Tionghoa. Ayahnya bernama Kusuma, dan ibunya bernama Halimah (namun Copilot mengaku tidak menemukan informasi pekerjaan orang tua Aguan ini).

Tahun 1971, Aguan memulai bisnisnya sebagai kontraktor pembangunan rumah pertokoan, di bawah bendera Agung Sedayu Group (ASG). Proyek-proyek besar yang dikembangkan ASG antara lain: Harco Mangga Dua (pusat elektronik terintegrasi pertama di Indonesia), Green Lake City, Grand Galaxy City, Puri Mansion, dan Kelapa Gading Square.

Aguan juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial melalui Yayasan Buddha Tzu Chi, termasuk pembangunan rumah susun dan bantuan kepada korban bencana.

Aguan juga memegang berbagai jabatan penting, seperti Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha Tbk dan Wakil Presiden Komisaris PT Jakarta International Hotel & Development Tbk.

Kekayaan Aguan menurut Globe Asia 2018 mencapai USD 970 juta, atau sekitar Rp 13,58 triliun. Namun menurut Forbes yang dirilis awal Januari 2025, kekayaannya mencapai Rp 42 triliun.

Apakah Aguan Termasuk 9 Naga?

Ternyata tidak.

Menurut Copilot, nama 9 Naga dikaitkan dengan 9 pengusaha besar keturunan Tionghoa di Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian. Kriteria yang digunakan untuk mereka yang disebut 9 naga adalah:

  • Memiliki kekayaan sangat besar dan berpengaruh dalam berbagai sektor ekonomi,
  • Memiliki pengaruh signifikan dalam sektor-sektor strategis seperti perbankan, properti, media, dan energi.
  • Memiliki koneksi kuat secara ekonomi dan politik sehingga mampu mempengaruhi kebijakan dan arah perekonomian Indonesia.

Mereka yang termasuk 9 Naga (serta jumlah kekayaan menurut Forbes Januari 2025) adalah:

  1. Robert Budi Hartono (Djarum Group) – Rp 360 triliun
  2. Anthony Salim (Salim Group) – Rp 200 triliun
  3. Edwin Soeryadjaya (Astra International) – Rp 200 triliun
  4. Rusdi Kirana (Lion Air Group) – Rp 12,6 triliun
  5. James Riady (Lippo Group) – Rp 33 triliun
  6. Sofjan Wanandi (Santini Group) – Rp 8,78 triliun
  7. Tommy Winata (Artha Graha Group) – Rp 8,5 triliun
  8. Jacob Soetoyo (PT Gesit Sarana Perkasa) – Rp 5 triliun
  9. Dato’ Sri Tahir (Mayapada Group) – Rp 4 triliun

Lho, kok Aguan tidak termasuk, padahal kekayaannya juga lebih banyak? Copilot tetap keukeuh dengan kriteria di atas, di mana Aguan tidak termasuk yang 9 Naga (ternyata setelah saya telusuri, nama-nama 9 naga tersebut antara lain dicantumkan di laman banten.tribunnews.com).

Orang Terkaya Indonesia

Oleh karena Aguan yang memiliki kekayaan sedemikian besar tidak dimasukkan ke dalam daftar 9 naga, maka saya mendesak Copilot untuk memberikan daftar orang terkaya di Indonesia.

Berikut ini adalah daftar 10 orang terkaya di Indonesia (menurut Copilot dari data Forbes terbaru / Januari 2025):

  1. Prajogo Pangestu | Barito Pacific Group | Rp 756 triliun
  2. Low Tuck Kwong | Bayan Resources | Rp 448 triliun
  3. Robert Budi Hartono | Djarum Group, Bank Central Asia (BCA) | Rp 380 triliun
  4. Michael Hartono | Djarum Group, Bank Central Asia (BCA) | Rp 367 triliun
  5. Sri Prakash Lohia | Indorama Corporation | Rp 140 triliun
  6. Agoes Projosasmito | Kayan Hydro Energy | Rp 102 triliun
  7. Tahir dan keluarga | Mayapada Group | Rp 77 triliun
  8. Dewi Kam | Bank Mega | Rp 77 triliun
  9. Chairul Tanjung | CT Corp | Rp 70 triliun
  10. Djoko Susanto | Alfamart | Rp 66 triliun

Angka-angka kekayaan di atas mencengangkan, walaupun entah mana yang benar jumlah kekayaan Robert Budi Hartono disebutkan Rp 360 triliun tapi di list di atas tercantum Rp 380 triliun (Copilot mungkin menggunakan sumber yang berbeda). Tetapi kekayaan yang dikumpulkan orang-orang tersebut mungkin berasal dari sepanjang hidup (usaha) mereka bersama keluarga, sedangkan di pihak lain ada juga angka yang besar, yaitu Rp 496,8 triliun yang tiba-tiba digelontorkan sebagai bansos menjelang pilpres 2024 🙁 Tentu uang sebanyak itu bukan milik pribadi atau keluarga, tapi uang negara yang berasal dari rakyat, kekayaan alam, atau bahkan dari hutang.

Oh ya, agar bisa dibayangkan, uang 1 triliun itu = 1000 miliar. 500 triliun = 500.000 miliar, atau 500.000.000.000.000. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 284.743.446 orang termasuk bayi, maka kalau uang 500 triliun itu dibagi rata, maka masing-masing mendapatkan Rp 1.755.967,-

Orang Kaya yang Lain

Melihat daftar di atas, saya jadi teringat dengan kawasan BSD (Bumi Serpong Damai), yang dibangun oleh Sinar Mas Group. Kok tidak tercantum, baik dalam list 9 naga maupun orang terkaya?

Menurut Copilot, sejak Eka Tjipta Widjaja (pendiri Sinar Mas Group) meninggal tahun 2019, Sinar Mas Group dipimpin oleh anak-anaknya. Kekayaan keluarga Widjaja diperkirakan mencapai Rp 160 triliun, tersebar di berbagai sektor seperti kertas, real estate, layanan keuangan, kesehatan, agribisnis, dan telekomunikasi.

Tentunya masih banyak orang kaya lain yang belum disebut, namun sudahlah, terlalu repot kita mengumpulkan data seperti itu.

Agung Sedayu dan Agung Podomoro

Balik ke soal Aguan, ternyata tidak sama atau tidak berkaitan antara Agung Sedayu Group (ASG) dengan Agung Podomoro Group (APG) walaupun keduanya sama-sama besar di dunia properti. ASG dimiliki oleh Aguan, sedangkan APG dimiliki oleh Trihatma Kusuma Haliman. Trihatma juga tidak termasuk dalam daftar 9 naga, walaupun kekayaannya mencapai Rp 7,5 triliun.

Walaupun keduanya, Aguan dan Trihatma, sama-sama berdarah tionghoa, namun Trihatma menempuh pendidikan di Jerman sebelum meniti karir di perusahaan ayahnya (APG), sementara Aguan tidak diketahui riwayat pendidikannya.

Demikian sekadar informasi tentang Aguan, 9 Naga, dan orang-orang terkaya di Indonesia. Mudah-mudahan informasi ini dapat sedikit menepis kesimpangsiuran informasi tentang 9 naga, yang kadang juga disebut oligarki.

Oh ya, oligarki sendiri sebenarnya tidak langsung berkonotasi kepada 9 naga, namun lebih kepada sekelompok orang yang “menguasai” politik dan ekonomi.

Sebagai catatan: diskusi ini saya lakukan tanggal 24 Januari 2025, dan Copilot adalah software AI buatan Microsoft. Kadang-kadang informasi dari Copilot kurang akurat sehingga saya harus mengujinya dengan “pendalaman”. Mohon maklum.

Klik icon di bawah ini untuk share:

GAPURA.WEB.ID

GAPURA.WEB.ID adalah pintu gerbang untuk mengakses informasi penting dan sering dibutuhkan --cukup ketik alamat: gapura.web.id untuk membukanya. Anda tidak perlu mencari (googling) sendiri lagi, karena kami yang melakukannya dan menyediakannya di sini untuk sewaktu-waktu dibuka kembali.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *