Kronologi Perjalanan Kemerdekaan Republik Indonesia

Hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, tidak terjadi begitu saja, namun hasil dari perjalanan panjang perjuangan bangsa untuk terbebas dari penjajahan.

Inilah kronologi perjalanan perjuangan itu, mulai dari zaman penjajahan, persiapan kemerdekaan, detik-detik proklamasi, dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah proklamasi.

I. Pergerakan Menuju Kemerdekaan (Sebelum 17 Agustus 1945)

Perjalanan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari berbagai pergerakan yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan keinginan untuk merdeka.

Awal Abad ke-20: Masa Kebangkitan Nasional

  • 1908 – Berdirinya Budi Utomo: Organisasi modern pertama yang didirikan oleh para pelajar STOVIA. Meskipun berfokus pada pendidikan dan kebudayaan Jawa, Budi Utomo menjadi pelopor pergerakan nasional. Tanggal 20 Mei 1908 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
  • 1912 – Berdirinya Sarekat Islam (SI): Awalnya bernama Sarekat Dagang Islam, organisasi ini bergerak di bidang ekonomi dan agama, kemudian berkembang menjadi pergerakan politik yang memiliki anggota masif di seluruh Nusantara.
  • 1912 – Berdirinya Muhammadiyah: Organisasi Islam modern yang berfokus pada pendidikan dan sosial, turut menumbuhkan kesadaran kebangsaan melalui jalur modernisasi Islam.

Era Radikal dan Puncak Pergerakan (1920-an – 1930-an)

  • 1926 – Pemberontakan PKI: Terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di beberapa daerah, namun berhasil dipadamkan oleh Belanda. Hal ini memicu penangkapan besar-besaran terhadap para aktivis politik.
  • 1927 – Berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia): Dipimpin oleh Soekarno, PNI mengusung ideologi nasionalisme yang radikal dan non-kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda.
  • 28 Oktober 1928 – Sumpah Pemuda: Kongres Pemuda II menghasilkan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia”. Peristiwa ini menjadi tonggak penting persatuan seluruh pemuda dari berbagai suku dan daerah.

Pendudukan Jepang (1942-1945): Katalis Kemerdekaan

  • Maret 1942: Jepang berhasil menduduki Indonesia setelah mengalahkan Belanda. Jepang menggunakan propaganda “Saudara Tua” dan menjanjikan kemerdekaan, tetapi faktanya adalah penjajahan yang lebih kejam.
  • 1943: Jepang membentuk organisasi-organisasi seperti PETA (Pembela Tanah Air) dan Heiho. Organisasi ini melatih pemuda Indonesia secara militer, yang kelak menjadi modal utama bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
  • Maret 1945: Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Tugasnya adalah menyiapkan segala hal terkait kemerdekaan.
  • 1 Juni 1945: Soekarno menyampaikan pidato tentang Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang BPUPKI.
  • 7 Agustus 1945: BPUPKI dibubarkan dan digantikan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Iinkai, yang diketuai oleh Soekarno dan beranggotakan perwakilan dari seluruh Indonesia.

II. Detik-Detik Proklamasi (14 – 17 Agustus 1945)

  • 14 Agustus 1945: Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom. Berita ini disembunyikan oleh Jepang di Indonesia, tetapi Sutan Syahrir dan para pemuda pejuang mengetahui kabar tersebut dari siaran radio luar negeri.
  • 15 Agustus 1945: Para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Soekarno dan Hatta menolak karena ingin menunggu keputusan PPKI dan menghindari pertumpahan darah dengan Jepang. Ini memicu ketegangan antara golongan tua (Soekarno-Hatta) dan golongan muda.
  • 16 Agustus 1945 (Peristiwa Rengasdengklok): Dini hari, para pemuda (Chaerul Saleh, Wikana, dll.) menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Tujuannya adalah menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang dan mendesak mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan atas nama rakyat Indonesia, bukan melalui PPKI yang dibentuk Jepang. Setelah perundingan sengit, Soekarno dan Hatta bersedia memproklamasikan kemerdekaan di Jakarta.
  • Malam 16 Agustus 1945: Soekarno, Hatta, dan para tokoh lainnya kembali ke Jakarta. Mereka berkumpul di rumah Laksamana Maeda (perwira Jepang yang bersimpati kepada perjuangan Indonesia). Di sana, Soekarno dan Hatta menyusun naskah proklamasi.
  • 17 Agustus 1945, Pukul 10.00 WIB: Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan oleh Soekarno didampingi Mohammad Hatta di teras rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Bendera Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan.

III. Mempertahankan Kemerdekaan (1945 – 1949)

Setelah proklamasi, Indonesia menghadapi tantangan berat. Belanda datang kembali untuk menegakkan kekuasaannya, yang memicu perjuangan bersenjata dan diplomasi.

Periode Perjuangan Fisik:

  • September 1945: Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai cikal bakal parlemen, dan pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kemudian menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), cikal bakal TNI.
  • 20 November 1945: Pertempuran Ambarawa yang dipimpin Jenderal Sudirman.
  • 10 November 1945: Pertempuran Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo, menjadi hari peringatan Pahlawan Nasional.
  • Awal 1946: Pemerintah Indonesia pindah ke Yogyakarta untuk menghindari ancaman Belanda di Jakarta.
  • Agresi Militer Belanda I (Juli 1947): Belanda melancarkan serangan besar-besaran untuk menguasai wilayah Indonesia.
  • Agresi Militer Belanda II (Desember 1948): Belanda kembali menyerang, menduduki Yogyakarta dan menangkap Soekarno, Hatta, dan para pemimpin lainnya. Namun, perlawanan gerilya terus berlanjut.

Periode Perjuangan Diplomasi:

  • November 1946 – Perjanjian Linggarjati: Indonesia dan Belanda berunding, namun sering kali diingkari oleh Belanda.
  • Januari 1948 – Perjanjian Renville: Perjanjian ini merugikan Indonesia, karena wilayah yang diakui semakin sempit.
  • Mei 1949 – Perjanjian Roem-Roijen: Di bawah tekanan internasional, Belanda bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia.
  • Desember 1949 – Konferensi Meja Bundar (KMB): Diadakan di Den Haag, Belanda. Hasil KMB adalah pengakuan kedaulatan Indonesia secara penuh oleh Belanda. Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949.

Dengan pengakuan kedaulatan tersebut, Indonesia secara resmi menjadi negara yang berdaulat penuh di mata internasional, meskipun masih dalam bentuk RIS (Republik Indonesia Serikat). Barulah pada 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebuah bentuk negara yang diidam-idamkan sejak awal proklamasi.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
JAYALAH TERUS HINGGA AKHIR MASA

MERDEKA!

[Cileungsi, Bogor, 17 Agustus 2025]

[NOTE: Klik ikon panah utk ke atas | Klik nama situs utk ke beranda | Klik MENU utk menampilkan artikel | Klik ikon di bawah ini utk berbagi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *